Jumat, 29 Maret 2013

PEKERJAAN PONDASI
Hal-hal yang diuraikan pada bab ini
adalah :
1. Pengertian,
2. Persyaratan pondasi
3. Jenis pondasi bangunan
4. Pelaksanaan pekerjaan pondasi

3.1. Pengertian
Sebuah bangunan tidak dapat begitu saja didirikan langsung
diatas permukaan tanah, untuk itu diperlukan adanya struktur
bangunan bawah yang disebut pondasi. Pondasi adalah bagian
dari bangunan yang berfungsi mendukung seluruh berat dari
bangunan dan meneruskannya ke tanah dibawahnya. Untuk
membuat pondasi diperlukan pekerjaan galian tanah. Pada
umumnya lapisan tanah dipermukaan setebal ± 50 cm adalah
lapisan tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai
daya dukung yang baik, oleh karena itu dasar pondasi tidak
boleh diletakkan pada lapisan tanah humus ini. untuk menjamin
kestabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah yang
cukup besar, maka dasar pondasi harus diletakkan pada
kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan tanah sampai
mencapai lapisan tanah asli yang keras. Lebar galian tanah
untuk memasang pondasi dibuat secukupnya saja asal sudah
dapat untuk memasang pondasi, karena tanah yang sudah
terusik, sama sekali akan berubah sifat maupun kekuatannya.
Apabila dasar pondasi mempunyai lebar yang lebih kecil,
maka daya dukung pondasi tersebut juga kecil dan lebih mudah
amblas kedalam lapisan tanah dibawahnya. Sebaliknya jika
sebuah pondasi mempunyai lebar alas yang lebih besar, maka
daya dukung pondasi tersebut semakin besar pula, sehingga
tidak mudah amblas ke dalam lapisan tanah dibawahnya.
Dengan kata lain, makin berat beban bangunan yang harus
didukung, makin besar pula daya dukung tanah yang diperlukan
dan makin lebar pula dasar pondasinya.

3.2. Persyaratan Pondasi
Beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi yang harus
diperhatikan :
1. Dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan
harus diletakkan pada lapisan tanah asli yang keras
2. Harus dihindarkan memasang pondasi sebagian pada
tanah keras dan sebagian lagi pada tanah lembek.
3. Pondasi harus dipasang menerus dibawah seluruh
dinding bangunan dan dibawah kolom kolom yang berdiri
bebas.
4. Apabila digunakan pondasi setempat, pondasi pondasi
tersebut harus dirangkaikan satu dan lainnya dengan
balok pengikat (balok, sloof, kopel)
5. Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada
didalam tanah dan kuat menahan gaya-gaya yang
bekerja padanya, terutama gaya desak.
6. Apabila lapisan tanah keras tidak sama dalamnya, tapi
untuk seluruh panjang pondasi dasarnya harus tetap
diletakkan pada kedalaman yang sama.
Pondasi yang digunakan adalah pondasi dangkal dengan
menggunakan batu belah dengan bentuk pondasi plat lajur.
Pondasi ini sedalam 60cm dan dengan campuran 1:3:10.

Gb. 7 Detail Pondasi

3.3. Jenis Pondasi Bangunan Gedung Sederhana
Menurut jenisnya, pondasi dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu pondasi langsung dan pondasi tak langsung. Pondasi
langsung adalah pondasi yang dibuat bila kedalaman lapisan
tanah keras maksimal 1 meter, sedangkan pondasi tak langsung
adalah pondasi yang dibuat bila kedalaman lapisan tanah keras
melebihi 1 meter (Tamrin, 2008).
a) Pondasi langsung
Konstruksi dari pondasi langsung dapat berupa pondasi
batu belah/ kali, pondasi batu bata, pondasi beton bertulang,
pondasi pias, pondasi plat kaki, dan pondasi balok sloof.
Lebar dasar pondasi dibuat lebih besar dari tebal dinding
tembok diatasnya, hal tersebut dimaksudkan untuk
memperkecil beban persatuan luas pada tanah dasar, karena
daya dukung tanah dasar pondasi pada umumnya lebih kecil
dari daya dukung pasangan pada pondasi. Untuk pondasi
langsung yang menggunakan bahan batu kali, batu bata, dan
beton tumbuk, tampang badan pondasi membentuk bangun
trapesium, hal tersebut dilakukan selain berguna bagi
kestabilan kedudukan pondasi juga untuk efisiensi.
b) Pondasi Tak Langsung
Konstruksi Pondasi Tak Langsung digunakan bila lapisan
tanah yang baik/keras terdapat cukup dalam dari permukaan
tanah. Prinsip dasar dari konstruksi pondasi tak langsung

adalah dengan perantaraan konstruksi pondasi tak langsung
tersebut beban bangunan dipindahkan ke lapisan tanah
dasar pondasi yang baik. Pada tanah bangunan dimana
lapisan tanah mudah pecah akibat pengaruh panas sinar
matahari dan air sampai cukup dalam dan lapisan tanah yang
mempunyai daya dukung besar cukup dalam, bila konstruksi
pondasi langsung dikhawatirkan menyulitkan pelaksanaan
pekerjaan dan tidak efisien. Terdapat bermacam-macam
jenis konstruksi pondasi tak langsung, diantaranya pondasi
umpak, gabungan pondasi plat kaki dan umpak, pondasi
sumuran, pondasi tiang straus, dan pondasi tiang pancang.

3.4. Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi
Secara umum, pelaksanaan pekerjaan pondasi terdiri dari
beberapa kegiatan, diantaranya :
a) Mempersiapkan bahan serta bowplank untuk posisi
penempatan. Bowplank yang digunakan adalah terbuat dari
papan kayu.
b) Menggali tanah sesuai dengan bentuk pondasi yang akan
dibuat. Penggalian tanah ini dikerjakan dengan tenaga
manusia karena tidak terlalu dalam hanya sedalam 60cm
saja.
Penggalian tanah pada umumnya sedalam 1 meter
dengan volume 105,73m

Gb. 8 Foto Penggalian Tanah

c) Pemasangan Anstamping/pasangan batu kosong.
Pemasangan ini setinggi 20cm setelah itu diurug dengan
tanah padas dan disiram air hingga padat.
d) Pasangan batu belah dan tulangan kolom. Pada saat
pemasangan batu belah sudah mencapai ± 40cm sebaiknya
tulangan segera dipasang agar lebih kuat. Dan besar dari
tulangannya besarnya 10mm (diameter). Namun dalam
pembangunan proyek ini tulangan kolom dipasang
bersamaan dengan tulangan sloof.
e) Menutup lubang yang tersisa dan dipadatkan. Karena tanah
yang digunakan sudah baik maka tidak perlu mengganti
tanah urugnya lagi.cukup ditutup dengan tanah galian tadi
dan sisanya disisihkan terlebih dahulu jikalau nantinya
mungkin terpakai.

Gb.9 Pondasi Batu Kali
f) Pemasangan tulangan Kolom dan Sloof. Tulangan ini
dipasang setelah pondasi selesai. Dan pemasangannya tidak
sampai menyentuh pondasi/mengambang agar adukan bisa

masuk. Ukuran dari tulangan kolom dan sloof sama yaitu 10
cmX10 cm.

Gb.10 Pemasangan Tulangan Kolom dan Sloof
g) Pengecoran Sloof. Untuk pengecoran Sloof ini pihak yang
bersangkutan menggunakan adukan dengan racikan 1:2:3
dengan menggunakan koral ukuran 1-2. Sebelum dicor pada
bagian pinggir-pinggir kolom dipasang Bekisting (papan
kayu).

Gb. 11 Pemasangan Bekisting

h) Pekerjaan sloof
 Pemasangan Tulangan.
Pada pekerjaan pembesiaan sloof mula-mula dipasang
tulangan pokok sesuai dengan gambar rencana, dimana
tulangan sloof dikaitkan dengan tulangan kolom yang
tertanam di pondasi. proses merangkai tulanagannya
dikerjakan pada tempat perletakan sloofnya. Pada umunya,
pekerjaan sloof di proyek bangunan gedung sederhana
menggunakan sloof dengan ukuran 15x20 cm dengan
tulangan besi polos 4 Ø12 mm dan beugel Ø6 mm dengan
jarak selang 15cm.

Gb. 12 Detail Sloof
 Proses Bekesting
Setelah penulangan selesai,maka dilanjutkan dengan
pekerjaan bekesting. Sebelum bekesting yang sudah dibuat
dipasang, terlebih dahulu tulangan kolom didirikan atau
dibuat. Tulangan sloof pada tulangan,agar tulangan sloof
terselimuti oleh beton pada saat proses pengecoran.dan
bekesting ini disesuaikan dengan bentuk sloof yang ada
dengan menggunakan kayu multiplek.

Gb. 13 Foto Sloof yang masih dalam cetakan bekisting
 Pengecoran Sloof
Setelah pekerjaan bekesting selesai ,maka bisa
dilanjutkan dengan pekerjaan pengecoran sloof yang
sebelumnya dilakukan pengecekan ulang pada bekesting dan
penulangan serta tidak lupa memberi beton decking yang
sering disebut “beton tahu” ,sehingga pada saat pengecoran
tidak terjadi pengeseran dan antara bekesting dengan
tulangan tidak menempel. Serta jangan lupa menegakkan
tulangan kolom sesuai rencana untuk mempermudah
pekerjaan berikutnya, sebelum terlanjur dilakukan
pengecoran pada sloof.

 Pembongkaran Bekesting
Pembongkaran bekesting pada sloof lebih cepat dan
mudah dibandingkan dengan pembongkaran pada pekerjaan
kolom,balok.pembongkaran pada sloof dilakukan setelah
beton itu mengering pada umur 3 hari. Setelah dilakukan
pembongkaran lakukan penyemprotan serta menimbun atau
mengurug kembali dengan tanah pada lubang di antara
perletakan sloof.

Senin, 25 Maret 2013


PEKERJAAN PERSIAPAN

Hal-hal yang diperlukan dalam
pekerjaan persiapan dan akan diuraikan
pada bab ini antara lain :
1. Persiapan lahan,
2. Pengukuran dan pematokan,
3. Bangunan sementara
4. Sumber listrik dan air
5. Persiapan bahan
6. Persiapan alat
7. Persiapan tenaga kerja
8. Persiapan dana

2.1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dimaksudkan agar dalam melaksanakan pekerjaan selanjutnya tidak mengalami gangguan-gangguan yang dapat merugikan dan memperlambat kerja proyek ini. Dalam persiapan lahan dalam pembanguna perumahan ini dimulai dengan mengurug tanah sawah yang akan digunakan sebagai bangunan dengan tanah padas dan pelaksanaannya dilakukan dengan tenaga mesin yang selanjutnya dengan tenaga
manusia.
Dalam persiapan setelah ini dilakukan pembersihan lahan yang dimana lahan ini harus bersih serta rata karena ini sangat mempengaruhi dalan pengukuran serta tahap penggalian tanah.Serta menentukan titi-titik tempat yang akan digunakan untuk pembangunan rumah-rumahnya. Dalam persiapan ini pihak yang bersangkutan menata tempat-tempat untuk jalan proyek serta tempat material seperti pada gambar berikut :

Gambar 1 : Jalan Proyek


Gb.2 Persiapan Lokasi tanah Bangunan
Lokasi yang akan dibangun perumahan harus diratakan dan dibersihkan dari rumput liar, dan jenis sampah yangdapat mengganggu kestabilan tanah dari unsur-unsur yang bisa membusuk, sehingga tidak terjadi penurunan tanah akibat pembebanan, kemudian dilanjutkan dengan perataan tanah di lokasi yang akan dibangun dengan menggunakan alat berat. supaya tidak menggangu jalannya proyek.
Pembersihan lapangan ini dimaksudkan supaya ketika proyek berlangsung tidak akan mengalami gangguan-gangguan yang dapat merugikan dan menghambat jalannya proyek.

2.2. Pekerjaan pengukuran & pematokan
Pekerjaan pengukuran (uitzet) merupakan jenis pekerjaan yang digunakan untuk mewujudkan denah bentuk bangunan menjadi suatu bangunan pada tanah lokasi yang telah disediakan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran di lokasi bangunan sesuai dengan gambar rencana bangunan. Hasil dari pengukuran tersebut berupa garis garis lurus yang menunjukkan sumbu dinding tembok bangunan yang diperoleh dengan
menghubungkan titik titik hasil pengukuran. (Tamrin, 2008).
Pekerjaan pengukuran merupakan pekerjaan yang sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan ketepatan ukuran dan bentuk bangunan. Jenis pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan penuh ketelitian, karena itu setiap langkah pekerjaan harus dilakukan pengontrolan kembali.
Pekerjaan pengukuran dimulai dengan penentuan titik sumbu utama di lapangan, yang dijadikan dasar penentuan garis-garis dinding bangunan. Titik-titik sunbu tersebut sering kali disebut dengan “titik duga / titik acuan (bensmark). Dalam rangka menjaga keakuratan titik duga, maka titik duga harus
ditempatkan pada tempat yang mudah untuk dijadikan acuan pengukuran jarak maupun ketinggian, serta tidak mudah (tidak dapat) berubah posisi (goyah).Guna memenuhi hal tersebut, titik duga dapat dibuat antara lain dengan menggunakan bis beton atau pralon yang biasa digunakan untuk saluran, yang ditanam pada titik tertentu, sesuai kebutuhan, yang diisi dengan adukan spesi atai adukan beton dan diberi tanda paku dan cat
sebagaimana gambar …………..
Setelah adanya titik duga, pengukuran dapat dilanjutkan dengan menentukan as-as kolom utama, jarak antara dinding penyekat, elevasi lantai (±0,00) yang direncanakan, kedalaman pondasi. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan teliti dan tepat karena sangat menetukan lancarnya pekerjaan selanjutnya. Alat-alat yang digunakan untuk pengukuran antara lain theodolith, waterpass, dan alat bantu lainnya.
Pengukuran tanah ini digunakan untuk mendapatkan titik-titik penting yang nantinya akan digunakan untuk pengukuran selanjutnya. Dalam pengukuran ini biasanya menggunakan alat theodolit dan waterpass supaya mendapatkan garis sesuai yang diinginkan.Sebaiknya dalam pengukuran tanh ini dilakukan oleh ahli dalam bidangnya, supaya memperkecil resiko kesalahan yang terjadi dalam pengukuran. Pekerjaan pengukuran dapat disertai atau dilanjutkan dengan pematokan / pemasangan bouwplank, yang sangat diperlukan dalam rangka menjaga dan mengontrol kembali posisi ukuran yang sudah dibuat di lapangan. Tanpa adanya patok
/bowplank ini, ukuran yang sudah dilaksanakan di lapangan sulit sekali untuk dicari atau di control kembali saat dibutuhkan, apalagi jika sebagian tanda-tanda pada as atau garis bangunan dihilangkan (dibuang) karena harus dikerjakan (contoh setelah diadakan galian tanah). Bouwplank merupakan pedoman tinggi dan jarak as-bangunan. Bouwplank dibuat dengan jarak sessuai dengan gambar dan as-asnya.
Papan duga pekerjaan pasangan batu (Bouwplank) adalah sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan papan-papan. Pasangan ini dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik hasil pengukuran yang diperlukan dalam mendirikan suatu bangunan dan membentuk bidang datar (Tamrin, 2008).
Agar menghasilkan bentuk bangunan sesuai dengan perencanaan, pemasangan papan juga harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah
2. Berjarak cukup dari rencana galian
3. Hasil titik uitzet ditempatkan dengan tanda yang jelas
4. Sisi atas Bouwplank harus terletak satu bidang (horisontal) dengan Bouwplank yang lain.
5. Letak kedudukan papan bangunan harus seragam (diusahakan menghadap ke dalam bangunan)
Untuk bangunan besar dan banyak terdapat ruang, pemasangan bouwplank dilaksanakan mengelilingi seluruh
area calon bangunan didirikan, sedang untuk bangunan kecil, pemasangannya cukup pada lokasi sudut atau
pertemuan bangunan. Titik titik pada papan bangunan yang menunjukkan dinding
tembok dapat dijelaskan dengan tanda dari paku yang juga berfungsi untuk menarik benang sebagai sumbu tembok.
Untuk menghindarkan kesalahan yang disebabkan letaknya paku, pada kedudukan paku diberi tanda panah dengan cat/meni. Bidang atas bouwplank harus diketamrata agar bidang atas papan dapat membentuk bidang datar (bidang waterpas). Bidang atas bangunan biasanya dipasang pada kedudukan ±0,00 sebagai duga lantai. Sudut pertemuan papan bouwplank harus benar benar siku, karena hal tersebut sebagai acuan untuk kesikuan pertemuan dinding.

Gb.3 Pekerjaan Pemasangan Bowplank

2.3. Bangunan Sementara
Bangunan sementara merupakan suatu bangunan yang di bangun di dalam proyek atau juga bisa di luar proyek (jika lahan sempit) yang sifatnya sementara dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan proyek. Untuk menjaga kelancaran dan kemudahan serta keamanan jalannya proyek,
maka perlu adanya sarana-sarana penunjang yang harus dipersiapkan dalam suatu proyek, salah satunya adalah gudang material. Gudang material merupakan bangunan sementara yang berfungsi untuk menyimpan bahan atau material dan para pekerja serta alat-alat untuk keperluan proyek. Selain itu juga dibuat Ruang Direksi yang digunakan untuk konsultan Pengawas ataupun pihak-pihak CV saat istirahat ataupun ada tamu.

Gb.4 Gudang dan Ruang Direksi

2.4. Sumber Listrik dan Air
Mempersiapkan sumur-sumur untuk persediaan air untuk adukan spesi. Serta mempersiapkan listrik sementara sebelum listrik resmi dari PLN direkomendasi dan dipasang. Listrik sementara ini diambil atau diperoleh dengan menyalur listrik dari bengkel yang ada didepan tempat pembangunan proyek. Sumur-sumurnya disengaja dibuat banyak untuk tiap unit sudah terdapat sumur. Karena untuk rencana kedepan sumur-sumur ini akan digunakan untuk septiktank.

Gb.5 Sumur untuk Air Kerja

2.5. Persiapan Bahan / Material
Bahan material didatangkan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan (tidak terlalu cepat atau terlambat). Untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap cuaca seperti semen harus ditaruh di gudang material. Bahan material meliputi pasir, batu belah, semen (semen Gresik), kerikil, batu bata, kayu untuk bouwplank dan bekesting, dipersiapkan mulai awal pembangunan proyek. Akan tetapi untuk bahan-bahan seperti rangka baja ringan, gypsum, keramik, genteng beton tidak didatangkan pada awal pekerjaan persiapan, melainkan tepat sebelum pekerjaan itu dilakukan. Misalnya mendatangkan rangka baja ringan setelah pekerjaan dinding dilakukan.
Awalnya pihak yang bersangkutan membuat time schedule agar material yang ada tidak bertumpuk berlebihan di lokasi proyek. Setelah iti pihak pemborong mencari bahan-bahan yang berkualitas tapi dengan harga yang miring.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membangun proyek tersebut rata-rata diambil dari luar kota. Contohnya tanah padas yang digunakan untuk tanah urug diambil Kudus, pasir diambil dari Muntilan dan Cepu serta batu belah diambil dari daerah Pancur dan Sedan, koral atau kerikil-kerikil diambil dari Pancur juga.
Gb. 6 Persiapan Bahan

2.6. Persiapan Alat
Alat-alat yang digunakan untuk pembangunan proyek gedung sederhana adalah alat-alat sederhana yang biasa diperlukan dalam pembangunan rumah-rumah sederhana. Hanya untuk pengadukan spesi ini mengunakan molen kecil. Serta pada saat pengurugan menggunakan alat berat yang disewa di tempat pesewaan terdekat agar tidak menghabiskan banyak biaya untuk mobilisasi.
Alat yang dipilih dapat dilihat dari segi biaya dan segi produktivitasnya. Dalam memilih alat harus disesuaikan dengan volume pekerjaan, biaya dan segi waktu pelakasanaannya.
Hal-hal yang dapat dilakukan agar membantu dalam
persiapan alat, yaitu:
 Pemilihan jenis, jumlah dan kapasitas muatan.
 Mensurvei toko alat, atau persewaan alat.
Alat-alat yang biasa dipakai dalam pelaksanaan pembangunan proyek antara lain pesawat theodolit, waterpass, stamper, cangkul, sekop, linggis, ayakan, dan lain sebagainya.

2.7. Persiapan tenaga kerja
Setiap pekerjaan memerlukan ahli tersendiri, seperti pekerjaan kayu dikerjakan oleh tukang kayu, pekerjaan batu dikerjakan oleh tukang batu, dll. Jumlah tenaga kerja juga disesuaikan dengan besarnya suatu proyek. Setiap tukang dibawahi oleh mandor dan setiap mandor dibawahi oleh pelaksana (site Engineer).
SDM atau tenaga kerja yang digunakan dalam pembangunan gedung sederhana rata rata adalah sejumlah 30
pekerja untuk 1 blok rumah yang berjumlah 10 unit rumah. Yang terdiri dari 8 orang yang membawa adukan spesi, 8 orang tukang batu, 6 orang tukang kayu, 8 orang pekerja biasa.

PENGERTIAN BANGUNAN GEDUNG

1.1. Pendahuluan
Sebelum manusia mengenal ilmu bangunan, tempat tempat tinggal
hanya dibuat secara primitif dan alami, missal gua gua atau gubug
gubug yang dibuat diatas pohon. Kemudian setelah dikenal adanya
ilmu teknik bangunan dan bahan bangunan, mulailah tempat tinggal
dibuat secara teknis, disebut bangunan rumah.
Bangunan merupakan susunan dari beberapa bahan yang
disatukan dan diberi suatu bentuk, yang didirikan melekat diatas
tanah atau bertumpu pada batu batu landasannya dan diberi atap.

1.2. Pengertian bangunan Gedung
Bangunan gedung dapat diartikan sebagai suatu bangunan teknik
yang difungsikan untuk keperluan tempat tinggal ataupun berbagai
macam aktifitas manusia.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka ada berbagai macam
bangunan gedung ditinjau dari spesifikasi fungsi bangunan tersebut.


1.3. Jenis Jenis Bangunan
Bangunan bangunan ini semakin lama makin berkembang, baik
bentuknya maupun fungsinya, lalu diadakan klasifikasi bangunan
sebagai berikut :
1. Bangunan Rumah tinggal : yaitu tempat untuk bertempat tinggal
dan membina kehidupan rumah tangga
2. Bangunan Kantor (perkantoran) : yaitu tempat untuk bekerja
yang berhubungan dengan urusan administrasi.
3. Bangunan Toko ( pertokoan) : yaitu tempat untuk kegiatan jual
beli barang atau makanan.
4. Bangunan Industri (Pabrik) : yaitu tempat untuk memproses
suatu barang dari bahan baku menjadi bahan jadi dengan nilai
tambah.
5. Bangunan rekreasi : yaitu tempat untuk hiburan, seperti bioskop,
taman bacaan, gedung pertunjukan, dan gelanggang olah raga.
6. Bangunan Ibadah : yaitu tempat untuk menunaikan ajaran
agama, seperti masjid, gereja, vihara, puri.
7. Bangunan sekolah : yaitu tempat untuk pendidikan menuntut
ilmu dan kepandaian.
8. Bangunan sosial : yaitu tempat untuk menolong manusia tanpa
memungut keuntungan, seperti rumah sakit, panti asuhan
9. Bangunan Singgah penumpang : yaitu tempat untuk berangkat
atau turun penumpang dalam perjalanan dari satu tempat ke
tempat lain, seperti stasiun kereta api, terminal bis, pelabuhan
udara, dan pelabuhan laut.
Sistem struktur bangunan harus memenuhi persyaratan ideal,
yaitu : kuat, stabil, fungsional, ekonomis, dan estetis. Struktur
bangunan dengan segala perlengkapannya adalah merupakan
perpaduan antara seni dan teknik. Unsur seni didalam suatu
bangunan selalu melibatkan adanya faktor faktor: filsafah, religi,
tradisi geografis, selera, sehingga dalam wujudnya bangunan
mempunyai bentuk yang beraneka ragam. Unsur teknik merupakan
faktor pendukung yang memberikan kekuatan fisik pada bangunan
sehingga struktur mampu menahan gaya gaya yang bersifat
merusak (berat sendiri bangunan, beban orang/barang, gaya angin,
gempa). Seni bangunan (arsitektur) mengarah pada pengetahuan
tentang perancangan bangunan dan filosofinya, arsitek lebih
bertindak sebagai pencipta dan creator bentuk bangunan dan tata
ruangnya. Teknik bangunan (sipil) lebih menjurus pada penentuan
metode dan analisis strukturnya, sehingga dapat ditentukan berapa
dimensi struktur yang andal dan kebutuhan bahannya.
Sebuah bangunan adalah suatu wadah yang berbentuk fisik
bangunan yang disusun dari berbagai jenis bahan bangunan. Dalam
merancang dan mengerjakan suatu bangunan harus memenuhi
segala peraturan peraturan yang berlaku (Standar Nasional
Indonesia, Peraturan Daerah, Peraturan/Code lain) agar bangunan
yang dibuat dapat sinkron dengan program/ kebijaksanaan
pemerintah.

Pengaruh alam yang bersifat merusak juga perlu diantisipasi
dalam perancangan dan pelaksanaan suatu bangunan, agar dapat
lebih andal. Sentuhan seni dan teknik perlu diberikan untuk
memberikan bentuk yang artistik dan berkualitas. Pekerjaan
mekanikal dan elektrikal untuk memberikan “indera” dan “nyawa”
pada suatu fisik bangunan, sehingga dapat memberikan layanan
hidup bagi penghuninya. Dibawah ini diberikan suatu gambar
ilustrasi tentang sebuah bangunan.